Kalau main ke jawa timur, khususnya Surabaya anda pasti sudah tidak asing dengan masakan yang bernama Rujak Cingur. Cingur sendiri dalam bahasa jawa berarti mulut. Dalam rujak cingur memang disajikan dengan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus. Jangan Cuma menikmati rujak cingur tapi kamu juga harus mengetahui asalnya.
- Rujak Cingur Kaya Akan Sayuran
Foto : http://www.emakmbolang.com/2015/09/menyantap-tonjokan-pedas-si-rujak-cingur.html
Selain ada irisan mulut atau moncong sapi, rujak cingur juga terdiri dari irisan timun, krai (timun khas jawa timur), mangga muda, nanas, bengkuang, kedondong, juga ada irisan tahu, tempe, dan kacang panjang rebus.Kemudian semua bahan diatas disiram dengan bumbu yang terdiri dari, petis udang, kacang tanah, cabe rawit, garam, gula, pisang muda, dan air asam yang dimasak dengan cara diulek. Itulah sebabnya ada juga yang menyebutnya rujak Ulek. Sebagian masyarakat surabaya juga suka menikmati rujak cingur ditemani dengan krupuk. Rujak cingur memiliki dua versi , Rujak Iris (Penyajian biasa) yaitu semua bahan di atas diiris lengkap dengan buah-buahannya. Sedangkan Rujak Matengan, meninggalkan buah-buahan dan di tambah krai rebus (masyarakat biasa menyebutnya bendoyo). Sejarah Rujak Cingur berdasarkan desas desus yang beredar, dahulu kala bertahtahlah raja Firaun Hanyokrowati di Masiran. Beliau sangat berkuasa dan sangat ditakuti oleh rakyatnya. Pada hari ulang tahunnya sang raja memanggil seluruh juru masak istana untuk menyediakan masakan yang special untuk dirinya. Berbagai macam masakan dari berbagai resep pilihan para juru masak dihidangkan. Sang Rajapun mencicipi semua masakan yang telah dibuat untuknya, tapi tak satupun masakan yang cocok dilidah sang raja Firaun. Akhirnya datanglah seorang punggawa yang menghadap sang raja, dia memberi tahukan bahwa ada seseorang yang membawa makanan yang berbungkus daun pisang untuk dipersembahkan kepada raja, dia adalah Abdul Rozak . Setelah pihak kerajaan memastikan bahwa makanan tersebut aman dan sehat untuk dikonsumsi sang raja, kemudian Raja memakannya dengan lahap dan bercucuran kringan saking pedasnya. Karena makanan tersebut belum memiliki nama, kemudian raja memberi nama Rozak Cingur. Singkat cerita sang raja yang menyukai hasil masakan Abdul Rozak dan memberikan dia hadiah berupa Kapal pesiar dan sebidang tanah. Raja juga mengangkat Abdul Rozak sebagai kepala juru masak kerajaan. Namun Abdul Rozak menolak dan hanya menerima kapal pesiar yang kemudian dia gunakan untuk berlayar dan sampailah dia di Surabaya. Abdul Rozak membagikan resepnya kepada masyarakat surabaya. Karena masyarakat tidak bisa mengucapkan kata “ROZAK” akhirnya menjadi Rujak.
- Pecel Semanggi Surabaya
Foto : https://dailywuz.com/food-travel/pecel-semanggi-legenda-kuliner-khas-surabaya-yang-kini-nyaris-punah/attachment/pecel-semanggi-suroboyo-min/
Pecel Semanggi, kuliner satu ini pasti tidak asing yang di telinga masyarakat Surabaya. Makanan satu ini sudah mulai sulit di temukan di beberapa tempat di Surabaya.
Seperti sayuran yang biasa dipecel, semanggi juga direbus dulu sebelum disajikan. Rasanya tawar, mudah dikunyah. Rebusan daun semanggi ini kemudian ditambah kecambah, lalu disiram sambel pecel semanggi. Sambel pecel ini berbeda dari sambal pecel yang kita kenal. Bahan utamanya rebusan ketela rambat yang dilumat dengan kacang tanah, gula merah, dan petis. Sambal cabai dibuat terpisah. Keduanya baru dicampur saat hedak dihidangkan. Karena bahan utamanya ketela rambat, rasa sambal pecel ini pun didominasi manis ketela.
Setelah daun semanggi dan kecambah disiram dengan sambal pecelnya, makanan ini siap dihidangkan. Pecel semanggi selalu dihidangkan dengan cara tradisional di atas pincuk daun pisang. Tanpa sendok, tanpa garpu, tanpa nasi, tanpa lontong.
- Lontong Balap
Foto : https://www.theboxsceneproject.org/cara-membuat-lontong-balap/
Kenapa diberikan nama Lontong Balap? karena dulu, makanan tradisional ini dijual dengan cara dipikul mengelilingi kota. Menjajakan ke pasar dengan memikul gentong-gentong yang digunakan untuk mengangkut makanan tersebut. Karena banyak penjual Lontong Balap dan terbatasnya kapasitas pasar, akhirnya mereka cepat-cepat mengambil tempat yang ada dipasar untuk berjualan dan perjalanan mereka yang terkesan balapan itulah kemudian diasumsikan seperti orang sedang balapan (dalam Bahasa Indonesia : berpacu). Jadi, sejak saat itu orang-orang sering menyebutnya sebagai Lontong Balap. Bahan dasar Lontong Balap yaitu kecambah, lontong, tahu, tauge dan lentho yang disiram dengan kuah khas dan rasanya yang sedap, gurih, manis dan jika kalian menyukai pedas tinggal dicampur dengan petis pedas, bawang goreng, kecap, dan terakhir adalah sate kerang .
- Tahu campur
Foto : https://ksmtour.com/en/wisata-kuliner/kuliner-surabaya/tahu-campur-kalasan-segar-dan-mantap.html
terbuat dari beberapa bahan yang tidak terlalu rumit, tahu goreng, perkedel singkong, daging sapi, mie kuning, taoge panjang, dan slada kriting lalu disiram dengan kuah khas yang dicampur dengan petis. Kuahnya dari tahu campur sangat khas yaitu dari kaldu daging yang membuat aroma serta rasa daging sapi terasa lezat dan gurih. cara penyajiannya petis dicampur dengan kuah hingga merata kemudian masukkan bahan-bahan seperti perkedel, mie kuning, taoge, slada dan daging yang sudah di potong-potong. Kemudian disiram lagi dengan kuah dan ditambahkan kerupuk jika ingin pedas tinggal tambahkan sambal dan siap disantap.
Sumber :
http://ulinulin.com/posts/icip-icip-semanggi-pecel-khas-surabaya-yang-mulai-langka
http://rajakulinerindonesia.blogspot.com/2014/08/sejarah-dan-resep-rujak-cingur.html
https://www.plimbi.com/news/165708/sejarah-lontong-balap-kuliner-khas-surabaya